Yang aku tahu sekarang dengan perlakuan orangtua kepada anaka adalah bahwa pada akhirnya orangtua akan mengharapkan timbal balik dari anaknya. Teori resiprositas yang selama ini ada makin membenarkan hubungan antara orangtua dan anaknya yang sekarang aku lihat. Aku melihat sebuah keluarga yang kebetulan berada di satu dek denganku.aku cukup beruntung karena ada teman-teman dari universitas lain yang sudah naik kapal ini duluan,jadi walaupun aku adalah penumpang kelas ekonomi, aku masih mendapatkan tempat tidur di kabin ekonomi.
Malam itu aku gak bisa tidur, sekalian aku berniat mengechaz baterai hape yg sudah low.Aku melihat sebuah keluarga yang terdiri dari bapak,ibu, dan seorang anak laki-laki yang kira-kira seumuran denganku, aku cukup lama duduk di tempat itu jadi aku bisa mengamati dengan jelas kegiatan apa saja yang mereka lakukan. Waktu makan malam tiba, dan sang anak dipanggil orangtuanya untuk mengambil makanan di dapur umum kapal.Dari raut mukanya aku melihat sang anak agak malas disuruh ibunya untuk mengambil makanan. Pantas saja kalau sang anak malas, aku saja kalau tidak lapar betul aku akan lebih memilih tidak makan, karena sebagai penumpang kelas ekonomi untuk mendapatkan jatah makan kami harus mengantri dan itu adalah antrian terpanjang yang seumur-umur aku lihat. Seluruh penumpang di kapal itu yang berjumlah ratusan harus berdiri mengantri di satu dapur umum,bisa dibayangkan lamanya mengantri hanya untuk mendapat satu kotak nasi putih, separuh ikan laut rebus, dan sedikit cah kubis.
Terdengar jelas di telingaku kalau sang ibu harus menjaga si bapak dan barang-barang bawaan mereka,maka nya dia menyuruh anaknya yang mengambil makan.Kebetulan terlihat si bapak sudah sangat tua dan kalau mau kemana-mana harus ada yang memapahnya.Dengan sedikit tersenyum kecut si anak tadi pergi mengambil makan untuk mereka bertiga. Setengah jam berlalu ketika sang anak kembali ke orangtuanya itu. Sebelum makan mereka berdoa dulu yang dipimpin oleh si ibu. Setelah makan mereka bertiga istirahat, karena memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Si ibu berada di tengah di antara anak dan suaminya dengan barang bawaan sebagai sandaran duduk si ibu. Terlihat sang suami dan si anak tadi sudah terlelap. Dan yang membuatku berani membantah teori resiprositas itu adalah saat anak dan suaminya tidur, si ibu ini terus terjaga. Saat aku mencoba memikirkan kira-kira apa yang ada di pikiran ibu itu yang selalu mengarahkan matanya ke si anak, Tiba-tiba dia bangkit berdiri dan memberikan selimut kepada si anak karena memang cuaca malam itu cukup dingin.
Setelah itu aku memanggil temanku untuk menggantikan menjaga hape ku yang sedang di chaz. Cukup lama aku meninggalkan temanku itu karena harus ke kamar mandi dan diajak nonton bareng sepakbola, setengah agak ingat aku baru sadar sudah meninggalkan temanku bersama hape ku. Bergegas aku keluar kabin untuk menghampiri temanku itu. Yaah, dia tertidur. Untungnya setelah aku periksa hape ku masih ada. Takut mengganggu tidurnya aku duduk di dekatnya pelan-pelan, mata ku beralih ke keluarga yang tadi.
Ibu tadi masih terjaga dan kesibukannya sekarang adalah membaca koran sambil seringkali melihat anak dan suaminya yang sedang tidur pulas. Gila.. padahal aku sudah meninggalkan keluarga ini cukup lama, tapi si ibu masih terjaga. Si ibu sempat tersenyum melihatku dan aku pun membalas sapaannya itu. kemudian aku coba mengalihkan pandanganku, walaupun akhirnya kembali lagi ke keluarga itu. Yang ada dalam pikiranku saat itu apa gak cape dan ngantuk ibu ini. Temanku aja sudah tertidur karena kalau tidak tidur pasti pusing dan mual karena kapal malam itu terkena ombak yang cukup besar.
Dari pengalaman ku itu aku menyangkal teori resiprositas tidak akan terjadi adil dan rata dalam hubungan orangtua dan anak.
Apapun yang dilakukan sang anak kepada orangtua pasti tidak akan pernah bisa membalas perlakuan spesial yang sudah dilakukan orangtua kepada kita. Sebanyyak apapun yang bisa diberikan anak kepada orangtuanya tidak akan pernah(sebanding) dengan apa yang sudah kita terima. Dan ketika waktunya kita sudah mandiri dan berniat membalas perlakuan orangtua kita, itu sama sekali tidak akan pernah ada dalam keinginan seorang orangtua yang normal. Toh orangtua kita tidak akan meminta hal-hal yang muluk-muluk, apa yang akan diminta orangtua kita kelak hanyalah hal-hal kecil yang siapapun yang menilai akan berkata tidak sebanding.
Orangtua kita hanya minta sang anak untuk menemani dan merawat di hari tua mereka, meminta sesuatu saat mereka mencapai usia yang tisak produktif lagi, tetapi selama masih mereka mampu, mereka akan memenuhi kebutuhannya sendiri. Ada sebagian orangtua yang bahkan tidak mau menyusahkan anaknya dan memilih panti jompo atau tinggal sendiri agar sanga anak bisa fokus pada keluarga dan kehidupannya yang baru.
Hal yang amat tidak adil kalau dibandingkan dengan yang selama ini mereka perbuat. Mereka melakukan itu tanpa pamrih. Berapa kali mereka harus ikut terjaga saat kita tidak bisa tidur, berapa jam mereka tidur ketika kita sedang sakit, berapa nominal pengeluaran yang dikeluarkan sampai akhirnya saya bisa menulis tulisan ini dan untuk besok-besok. Belum lagi tenaga dan waktu yang secara konyol mereka keluarkan untuk membesarkan dan merawat kita.
Coba bandingkan dengan dengan berapa kali kita sempatkan waktu untuk berterimakasih kepada mereka saat mereka memenuhi permintaan kita yang seringkali menyusahkan mereka. Belum pernah selama aku hidup sampai sekarang aku mendengar keluhan mereka saat merawat aku. Dan dengan ini aku berani menyatakan sesungguhnya orangtua kita adalah orangtua terbaik yang pernah Tuhan beri kepada kita. Maafkan para pembuat teori resiprositas yang harus mengakui teori kalian tidak akan bisa menjelaskan betapa rumitnya hubungan orangtua dan anaknya.
Thx Mom; Thx Dad
You're the best in my life
20100419
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar